Keris pusaka legendaris yang terkenal
dalam riwayat pendirian kerajaan Singhasari. Pedang ini ditempa oleh Mpu
Gandring, seorang pandai besi yang sangat sakti atas pesanan Ken Arok. Ken Arok meminta agar keris tersebut selesai dalam 1 malam saja. Karena
kesaktiaannya, keris berhasil diselesaikan dalam satu malam. Tapi ketika
Mpu Gandring tengah membuat sarung keris, Ken Arok tiba-tiba datang
karena menurut dia waktunya telah 1 hari. Mpu Gandring ditusuk Ken Arok
karena dianggap tidak menepati janji untuk menyelesaikan keris dalam
waktu 1 malam. Dalam keadaan sekarat, Mpu Gandring mengeluarkan kutukan
bahwa Keris tersebut akan meminta korban nyawa tujuh turunan dari Ken
Arok.Dalam perjalanannya, keris ini terlibat dalam perselisihan dan
pembunuhan elit kerajaan Singhasari dengan korban Tunggul Ametung, Kebo
Ijo, Ken Arok, Anusapati, Tohjaya.
Condong Campur adalah salah satu keris pusaka milik Kerajaan Majapahit yang banyak disebut dalam legenda dan folklor.Keris ini dikenal dengan nama Kanjeng Kyai Condong Campur. Keris ini merupakan salah satu dapur keris lurus. Panjang bilahnya sedang dengan kembang kacang,satu lambe gajah, satu sogokan di depan dan ukuran panjangnya sampai ujung bilah, sogokan belakang tidak ada. Selain itu, keris ini juga menggunakan gusen dan lis-lis-an.
Konon keris pusaka ini dibuat beramai-ramai oleh seratus orang mpu. Bahan kerisnya diambil dari berbagai tempat. Dan akhirnya keris ini menjadi keris pusaka yang sangat ampuh tetapi memiliki watak yang jahat.
Keris ini sama legendarisnya dengan Keris Mpu Gandring. Berapa luk masih belum diketahui,tapi kalo menurut kula keris ini lurus tanpa luk, ciri khas keris yang dipakai dalam perang.
Pembuatnya tidak diketahui secara pasti karena tercampur dengan tahayul yang tidak jelas.Pemegang keris ini adalah Adipati dari Kadipaten Jipang Panolang yang juga sangat legendaris, Arya Penangsang.
Keris ini konon, bila dicabut dari warangkanya akan menimbulkan sugesti yang hebat bagi orang-orang disekitarnya.Sugesti yangg berbentuk angin ribut seperti setan-setan yang berkejaran.
Arya Penangsang sendiri dikenal memiliki ilmu kebal.
Musuh sepadan keris ini adalah tombak kyai Plered yg juga melegenda. Sewaktu konflik melawan Penangsang, Adipati Hadiwijaya (joko tingkir) mengutus Danang Sutowijoyountuk menantang Penangsang di bukit Menoreh dan membekalinya dengan tombak keramat tsb. Hadiwijaya juga dikenal ahli strategi. Beliau tahu kalau Penangsang mempunyai kuda jantan jeniusbernama Gagak Rimang. Kuda ini seperti memiliki koneksi batin dengan Penangsang.
Kemanapun pengendara berpikir, kesana juga Gagak Rimang. Tanpa harus dikendalikan dengan tali kekang.Untuk mengatasi masalah ini, Hadiwijaya menyuruh Danang menantang Penangsang disaat musimkimpoi kuda dan menyuruh Danang memakai kuda betina. Strategi lainnya, Danang disuruh datang terlebih dahulu
dan mengambil posisi diatas bukit.
Pada hari H, Danang yang berada dilereng bagian atas terlebih dahulu. Ketika Penangsang datang,kudanya yang secara alami berada dipuncak birahi melihat kuda betina tunggangan Danang.Hal ini membuat sang kuda tak terkendali sehingga dengan mudahDanang menusukkan tombak kyai Plered ke perut Arya
Penangsang. Tombak bertuah ini berhasil merobek badan kebal Penangsang mengakibatkan ususnya terburai. Walaupun mengalami critical injured seperti ini, Arya Penangsang kembali tegak berdiri dan menguntaikan ususnya sendiri ke gagang keris dan berlari mendekati Danang. Ketika dekat, Aryo Penangsang draw his blade. Sayang, Aryo Penangsang lupa kalau ada ususnya sendiri disitu, ketika keris tercabut justru memutus usus tsb.
Dan berakhirlah riwayat adipati gagah ini dg cara yg luar biasa. Hadiwijaya yang melihat semua ini menjadi kagum, dan menyuruh Danang bila menikah nanti meniru sikap gagah Aryo Penangsang.
Danang Sutowijoyo melakukan wejangan tersebut dan untaian usus di gagang keris diganti dengan untaian kembang melati. Tradisi yangg dipertahankan hingga sekarang.
Kyai Sengkelat adalah keris pusaka luk
tiga belas yang diciptakan pada jaman Majapahit (1466 – 1478), yaitu
pada masa pemerintahan Prabu Kertabhumi (Brawijaya V) karya Mpu Supa
Mandagri.
Mpu Supa adalah salah satu santri
Sunan Ampel. Konon bahan untuk membuat Kyai Sengkelat adalah cis, sebuah
besi runcing untuk menggiring onta. Konon, besi itu didapat Sunan Ampel
ketika sedang bermunajat. Ketika ditanya besi itu berasal darimana,
dijawab lah bahwa besi itu milik Muhammad saw. Maka diberikan lah besi
itu kepada Mpu Supa untuk dibuat menjadi sebilah pedang.
Namun sang mpu merasa sayang jika besi
tosan aji ini dijadikan pedang, maka dibuatlah menjadi sebilah keris
luk tiga belas dan diberi nama Kyai Sengkelat. Setelah selesai,
diserahkannya kepada Sunan Ampel. Sang Sunan menjadi kecewa karena tidak
sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Menurutnya, keris merupakan
budaya Jawa yang berbau Hindu, seharusnya besi itu dijadikan pedang yang
lebih cocok dengan budaya Arab, tempat asal agama Islam. Maka oleh
Sunan Ampel disarankan agar Kyai Sengkelat diserahkan kepada Prabu
Brawijaya V.
Ketika Prabu Brawijaya V menerima
keris tersebut, sang Prabu menjadi sangat kagum akan kehebatan keris
Kyai Sengkelat. Dan akhirnya keris tersebut menjadi salah satu piyandel
(maskot) kerajaan dan diberi gelar Kangjeng Kyai Ageng Puworo, mempunyai
tempat khusus dalam gudang pusaka keraton.
Pusaka baru itu menjadi sangat
terkenal sehingga menarik perhatian Adipati Blambangan. Adipati ini
memerintahkan orang kepercayaannya untuk mencuri pusaka tersebut demi
kejayaan Blambangan, dan berhasil. Mpu Supa yang telah mengabdi pada
kerajaan Majapahit diberi tugas untuk mencari dan membawa kembali pusaka
tersebut ke Majapahit. Dalam menjalankan tugasnya, sang Mpu menyamar
sebagai seorang pandai besi yang membuat berbagai alat pertanian dan
mengganti namanya menjadi Ki Nambang.
Di samping pandai membuat alat
pertanian, beliau juga membuat tombak, pedang dan keris yang kemudian
dipamerkan di tempat-tempat keramaian, di Blambangan. Seketika pameran
tersebut memancing perhatian banyak orang. Banyak sekali pesanan datang
dari para pejabat kadipaten Blambangan. Termasuk patih Adipati
Blambangan yang memesan Keris Carangsoka.
Akhirnya sang adipati Blambangan
menyaksikan keris ciptaan Ki Nambang, sebilah keris Carangsoka yang
sangat bagus dan ampuh. Ketika ditusukkan ke pohon pisang, seketika itu
seluruh daun pisang menjadi layu. Karenanya sang mpu di undang untuk
menghadap ke kadipaten guna membicarakan suatu hal yang rahasia dengan
alasan agar percikan bunga api besi bahan kerisnya, tidak menjadi
bencana bagi rakyat Blambangan.
Ternyata setelah Ki Nambang datang
menghadap, didapatnya tugas untuk membuat “putran” atau tiruan Kangjeng
Kyai Puworo (Keris Sengkelat). Ki Nambang dengan siasatnya meminta
disediakan perahu untuk membuat tiruan Kyai Sengkelat dengan alasan
percikan bunga api besi bahan kerisnya tidak menimbulkan bencana bagi
rakyat Blambangan.
Singkat cerita, akhirnya rencana
mendapatkan kembali keris pusaka Majapahit itu berhasil tanpa harus
menimbulkan kecurigaan dan pertumpahan darah. Malah Ki Nambang akhirnya
dianugerahi seorang putri kadipaten yang bernama Dewi Lara Upas, adik
dari Adipati Blambangan itu sendiri. Serta mendapatkan gelar kebangsawanan sebagai Kangjeng Pangeran berikut tanah perdikan di Desa
Pitrang. Maka namanya pun berubah menjadi Kangjeng Pangeran Pitrang yang
bekerja sebagai mpu kadipaten Blambangan.
Sang Mpu yang berhasil melaksanakan
tugas selalu mencari cara agar dapat kembali ke Majapahit. Ketika
kesempatan itu tiba maka beliau pun segera kembali ke Majapahit dan
meninggalkan istrinya yang sedang hamil. Sebelum pergi, beliau
meninggalkan pesan kepada sang istri bahwa kelak jika anak mereka lahir
laki-laki agar diberi nama Joko Suro, serta meninggalkan besi bahan
membuat keris.
Lima belas tahun kemudian setelah Mpu
Pitrang meninggalkan Blambangan, datang lah seorang pemuda yang mengaku
sebagai anak mpu Supa. Ketika ditanya, ia mengaku bernama Joko Suro. Mpu
meminta bukti berupa besi bahan membuat keris. Namun ketika diserahkan
oleh Joko Suro, besi bahan itu telah menjadi sebilah keris.
Ternyata
selama dalam perjalanan mencari ayahandanya, besi itu oleh Joko Suro
dipijit-pijit dan ditarik olehnya hingga menjadi sebilah keris kecil.
Maka keris itu pun dinamakan Keris Kyai Bethok yang mempunyai keampuhan
menyingkirkan niat jahat.
Dalam satu legenda dikisahkan Sunan
Kalijaga meminta tolong untuk dibuatkan keris coten-sembelih (pegangan
lebai untuk menyembelih kambing). Lalu oleh beliau diberikan calon besi
yang ukurannya sebesar biji asam jawa. Mengetahui besarnya calon besi
tersebut, Empu Supa sedikit terkejut. Ia berkata besi ini bobotnya berat
sekali, tak seimbang dengan besar wujudnya dan tidak yakin apakah cukup
untuk dibuat keris. Lalu Sunan Kalijaga berkata kalau besi itu tidak
hanya sebesar biji asam jawa tetapi besarnya seperti gunung.
Karena
ampuh perkataan Sunan Kalijaga, pada waktu itu juga besi menjelma
sebesar gunung.Hati empu Supa menjadi gugup, karena mengetahui bahwa
Sunan Kalijaga memang benar-benar wali yang dikasihi oleh Pencipta
Kehidupan, yang bebas mencipta apapun. Lantaran itu, empu Supa berlutut
dan takut. Ringkas cerita, besipun kemudian dikerjakan. Tidak lama,
jadilah keris, kemudian diserahkan kepada Sunan Kalijaga. Akan tetapi
anehnya begitu melihat bentuknya, seketika juga Sunan Kalijaga menjadi
kaget, sampai beberapa saat tidak dapat berbicara karena kagum dan
tersentuh perasaannya, karena hasil kejadian keris itu berbeda jauh
sekali dengan yang dimaksudkan. Maksud semula untuk dijadikan pegangan
lebai, ternyata yang dihasilkan keris Jawa (baca Nusantara) asli
Majapahit, luk tujuhbelas.
Sebenarnya, begitu mengetahui keindahan
keris, perasaan Sunan Kalijaga agak tersentuh, oleh karena itu
mengamatinya sempai puas tidak bosan-bosannya. Kemudian ia berkata
sambil tertawa dan memuji keindahan keris itu.Lalu Empu Supa diberi lagi
besi yang ukurannya sebesar kemiri. Setelah dikerjakan, jadilah sebilah
keris mirip pedang suduk (seperti golok atau belati). Begitu mengetahui
wujud keris yang dihasilkan sunan Kalijaga sangat senang hatinya. keris
itu disebut Kyai Carubuk. keris kyai carubuk ini akhirnya menjadi
pusaka sultan hadiwijaya, bahkan sanggup mengalahkan keris setan kober
milik arya penangsang ketika pesuruh arya penangsang melakukan percobaan
pembunuhan pada sultan hadiwijaya dengan memakai keris setan kober
tombak sepanjang 3.5 meter ini
merupakan senjata pusaka milik Kraton Ngayugyakarta Hadiningrat
(Yogyakarta) dijamasi setiap setahun sekali saat bulan Syura. senjata
ini merupakan pegangan Raja Mataram Pertama yang bernama Panembahan
Senapati (Nama Asli: Danang Sutawijaya) dan digunakan untuk mengalahkan
Bupati Jipang Arya Penangsang dalam perang tanding di pinggir Bengawan
Solo.
Menurut legenda merupakan titisan dari
Naga Baru Klinting yang dihukum ayahnya (Ki Ageng MAngir Wanabaya)
karena gagal melingkari gunung merapi.aslinya senjata berujud tombak ini
sebelumnya adalah pusaka milik Ki Ageng Mangir Wanabaya yang memberontak
kepada panembahan Senopati. karena keampuhan senjata ini, panembahan
Senapati terpaksa mengutus Putrinya Nyi Ageng Pembayun untuk mengelabuhi
Ki Ageng Mangir. saat ini tombak ini tersimpan di Kraton Ngayugyakarta
Hadiningrat (Yogyakarta) sebagai senjata pusaka pendamping tombK Kanjeng
Kyai Plered.
Baca Juga :